Selasa, 10 Januari 2012

Jurnalistik UIN Usut Fabrikasi Berita Trial By Press

Laporan : Wiwin Aplodita Daniel dan Imi Jamilatussalamah

Tribun- Timur.Com, Jurusan Jurnalistik semester VII Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, untuk menyelesaikan mata kuliah Studi Kasus Jurnalistik meleksanakan seminar dialog jurnlaistik tema “ Menyikapi Kasus Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik: Dari Fabrikasi Berita Sampai Trial By Press”. Kegiatan ini dilaksanakan di Lecture Theater (LT) fakultas dakwah dan komunikasi, adapun pembicara dalam seminar ini Kordinator Liputan Tribun Timur (Thamsil Thahir), dan Dosen fak. Dahkwah dan komunikasi (Dr. Muhammad Firdaus).
Dalam seminar ini Thamzil Thahir mengungkapkan dalam mengawali pembicaraan “ Tema ini merupakan suatu yang melebihi pembahasan atau penelitian Prof dunia, dan kemuliaan fungsi wartawan adalah seperti memainkan fungsi keNabian, bahkan Nabi itu membawa kabar gembira, sedangkan fungsi wartawan memverifikasi sebuah informasi kepada khalayak”, ungkapnya.
Di lain pihak Dr. Muhammad Firdaus mengatakan “ Bahwa wartawan bersifat amanah (bertanggung jawab) untuk tidak melalukan fabrikasi, fathonah (cerdas) karena bisa memecahkan sebuah masalah, dan sidiq (jujur) seorang wartawan harus jujur dalam mencari berita untuk memasukkan nilai edukatif kepada masyarakat. Saya pun berharap kepada mahasiswa caln wartawan harus memiliki sifat Nabi agar wartawan terhindar dari tindakan fabrikasi berita trial by press”, ujarnya.
Peserta seminar dari seluruh elemen mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi sangat antusias terlihat dari beberap pertanyaan yang terlontar, selain itu pertanyaan dibuka dua sesi.

Read More......

HMI Bukan Organisasi Coba- Coba




Laporan : Wiwin Aplodita Daniel
Makassar,- System pengkaderan Himpunan Mahasiswa Islam adalah basic training(LK I), intermedit (LKII), dan (LKIII), sehingga harus menempuh proses yang panjang seperti kajian, diskusi, dan membaca. Selain iu sestem pengkaderan dipertegas oleh salah satu senior HMI komisariat Dakwah dan Komunikasi Zulkarnain Paturuni, “yang mengaku tidak pernag dipaksa untuk berHMI, melainkan mencari sendiri tempat pengakaderan HMI yaitu basic training (LKI) di bontolempangeng,(09/01/2011).
“Organisasi HMI bukan sebagai organisasi coba- coba, olehnya itu kader ijo itam harus mampu memilih atau dapat melihat dengan kacamata masing- masing bakal calon perserta HMI yang betul akan loyal terhadap HMI dan memiliki integritas yang tinggi terhadap HMI, cabang dan komisariat itu sendiri”,papar mantan ketua umum komisariat dakwah dan komunikasi yang akrab disapa kanda Zul.
Sebagai kader HMI haraus inklusif dan Ekslusifyang mampu memanyungi organisasi lain, dalam artian bahwa HMI dapat merangkul organisasi ekstara lain dengan cara mengajak berdiskusi dan dapat membuka cara berfikir mahasiswa itu sendiri, sehingga terhindar dari kekerasan didalam. Selain itu kader harus mampu menempatkan diri sesuai dengan tujuan HMI dan dapat HMI back to khittah seperti kajian, diskusi dan membaca buku.
Dalam pengkaderan basic training (LKI) memiliki beragam materi yang sesuai denngan tujaun HMI, mulai dari materi metode persidangan, ritorika, identitas mahasiswa, dan materi NDP samapai bab tujuh, bukan itu setiap peserta harus menjalani pengkaderan selama tujuh hari tujuh malam, yang begitu panjang dan melelahkan untuk mendapat sebuah ilmu.
Selain itu “kepengurusan HMI harus menjadi laboratorim untuk dapat melihat potensi dan kreatifitas kader olehnya itu di HMI membuka imajinasi kader dalam wadah Lapmi, LSBMI, LDHMI, dan LPHMI, agar kader tidak hanya terfokus kepada kajian saja”, ungkap manta wakil presiden mahasiswa UIN pertama kanda Zul.(W2n)

Read More......

Rabu, 18 Mei 2011

Senjata Seorang Wartawan Adalah Keingintahuan

Bagi seorang wartawan keingintahuan adalah senjata yang harus selalu diasah. Keingintahuan menghasilkan kreativitas, ketekukan, semangat dan penilaian yang baik. TANPA RASA INGIN TAHU, KARIER SEORANG WARTAWAN AKAN PUNAH. (Dikutip dari buku, Jurnalisme Dasar, Penulis Lusi Ishawa, Diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, Januari 2011)

Read More......

Drs M Arif Alim M Ag : LIPI Akan Bantu 20 Ekor Sapi

Laporan : Suryani Musi (Mahasiswa Jurnalistik UIN Angkatan 2008)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah (IPTEKDA) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan memberikan bantuan sapi sebanyak 20 ekor untuk jurusan Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi (Sainstek) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Rabu (12/05/2011).

Lembaga yang memiki visi bagaimana menciptakan ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis, memberikan sapi untuk proses penggemukan dan pengembangbiakan.

Meski PD II Sainstek belum memastikan kapan tepatnya bantuan sapi-sapi tersebut datang namun dia menyatakan bahwa dalam waktu dekat sapi tersebut telah ada. 10 ekor untuk penggemukan dan sepuluh ekor untuk perkembangbiakan.

Sapi-sapi ini menurut Pembantu Dekan II Sainstek, Drs M Arif Alim M Ag akan dijadikan sebagai bahan penelitian dan praktikum mahasiswa jurusan peternakan.
“Jadi, nantinya sapi-sapi tersebut akan dijadikan sebagai teching farm bagi mahasiswa. Ada bantuan seluas tiga hektar tanah di belakang UIN yang diberikan oleh Rektor kepada kita untuk pelaksanaan teching farm,” kata Arif.

Dalam teching farm tersebut, mahasiswa akan diajarkan bagaimana menggemukkan sapi dalam jangka waktu yang singkat, bagaimana dalam kurun waktu satu tahun sepuluh ekor sapi tersebut mampu berkembangbiak dengan cepat bisa mencapai ratusan ekor dengan melakukan inseminasi buatan. Selain itu, mahasiswa juga akan diajarkan bagaimana mampu menciptakan biogas dari kotoran ternak menjadi sumber tenaga listrik. Minimal, nantinya mampu digunakan di UIN.

Read More......

Muchtar Dippe : Cita-Cita Menjadi Wartawan Profesional

Laporan : Nur Hamzah (Mahasiswa Jurnalistik UIN Angkatan 2008)

Namanya Muchtar Dippe. Kini sedang menjalani proses perkuliahan dengan memilih program studi ilmu jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar . Dia lahir 5 Juli 1990 di sebuah desa terpencil bernama Desa Rano, Kecamatan Rano Timur Kabupaten Toraja. Muchtar merupakan anak ke sembilan dari 12 bersaudara.
Jenjang pendidikan dasar dilewati di SD 370 Sepoendeta Bonggakaradeng Toraja. Setamat SD 6 tahun, dia memilih lanjut di Madrasah Tsanawiyah Negeri Alla Enrekang dan lulus tahun 2005. Setamat Tsanawiyah, dia kemudian lanjut SMA Muhammadiyah Kalosi Enrekang dan lulus tahun 2008. Setamat SMA Muhammadiyah, pilihan lanjut studi perguruan tinggi ke UIN Alauddin Makassar dengan pilihan hukum dan jurusan jurnalistik. Pengumunan tes SNPTN dia diterima di fakultas dakwah dan komunikasi.
Adapun alasan kuliah di UIN Alauddin, karena ingin menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama. Pilihan prodi jurnalistik, karena bercita-cita kelak menjadi wartawan propesioanal.
Muchtar dilahirkan dari lingkugnan keluarga cukup sederhana. Dia lahir dari pasangan seorang ayah bernama Tammu dan ibu Rasia. Pilihan nekad masuk perguruan tinggi karena dia pikir materi bukanlah suatu penghambat melanjutkan studi, tapi baginya yang paling utama adalah kemauan untuk berbuat.
Dia ikut tes masuk perguruan tinggi lewat jalur SNPTN, dan mengambil jurusan ilmu hukum pilihan pertama, jurnalistik pilihan kedua dan pada akhirnya lulus di pilihan kedua yaitu jurnalistik. Rencana masa depan selesai merampungkan studi, ingin bekerja di media eletronik untuk kemudian lanjut S2 di Universitas Indonesia dengan program studi ilmu jurnalistik.

Read More......

Dari Multimedia ke Multichannel dan Multiplatform

Catatan HUT ke-7 Tribun Timur - Dahlan Dahi Pemimpin Redaksi Tribun Timur

Rabu, 9 Februari 2011 | 12:33 WITA

TUJUH tahun lalu, 9 Februari. Koran Tribun Timur untuk pertama kalinya terbit di Makassar. Sebuah koran, satu media.
Hari ini kami mengelola Tribun Timur. Bukan lagi sebagai koran saja, sebuah media saja, tetapi sebuah lembaga sosial-ekonomi.
Beragam waktu dan ruang Tribun Timur muncul. Sebagai koran, sebagai event, sebagai penyedia hiburan, sebagai sponsor kegiatan, sebagai lembaga donor darah, sebagai tools of solidarity makers (alat solidaritas sosial), sebagai "anjing penggonggong" pemerintah (watch dog), sebagai kartu diskon lewat Tribun Family Card (TFC), atau sebagai kupon diskon di pusat perbelanjaan atau toko roti.

***
Sebagai media, Tribun Timur saat ini tidak saja berada di koran cetak. Isi beritanya tersebar di social networking, jejaring sosial, facebook dan twitter.
Isi berita Tribun Timur juga menyebar lewat fasilitas Web 2.0 seperti RSS Feed. Lalu kita lihat Tribun Timur ada di blog. Di-share, disebarkan, oleh siapa saja.
Jarang heran kalau suatu waktu berita Tribun Timur muncul di portal berita nasional seperti KOMPAS.com, TRIBUNnews.com, maupun 16 portal berita regional di Tribun Network.

Atau, tanpa memegang koran Tribun Timur, Anda biasa membaca berita Tribun Timur edisi epaper (elektonic paper) di iPad. Berselancar dengan iPhone di TRIBUN-TIMUR.com.
Bagaimana merumuskan perkembangan itu? Bagaimana menyederhanakan kerangkanya? Atau, mengapa bergerak ke sana?

Keluar dari Dilema
Mulanya adalah sebuah pertanyaan. Dunia online berkembangan begitu cepat, koneksinya maupun alatnya (gadgetnya). Harga koneksi maupun gadgetnya pun kian murah. Pembaca bisa mengakses berita dengan cepat. Gratis pula. Lewat PC, laptop, handphone, dan kemudian tablet semacam iPad atau Galaxy Tab. Apakah, dengan demikian, koran akan segera game over?
Atau, pertanyaan dilematisnya seperti ini: Apakah kalau koran ikut-ikutan masuk menjajakan konten (isi/berita) ke dunia online yang gratis, lalu koran edisi cetak menggali kuburannya sendiri?
Ada dua jawaban terhadap ini. Ada yang berpendapat, kalau koran masuk ke dunia online, ya, sudah. Tamatlah riwayat koran. Maka, online pun dibuat seperti koran cetak: mesti bayar.
Jawaban lainnya datang dari Kompas Gramedia, kelompok penerbitan terbesar di Indonesia, induknya Tribun Timur.
Tiga tahun lalu, dengan tegas Kompas Gramedia menegaskan, masuki dunia online, pelajari, rebut peluangnya.
Bermainlah di "etik" online. Salah satu rumus dunia online, seperti dikembangkan "mbahnya" dunia maya, Google, adalah ini: Free is business model. Internet users (pengguna internet) akan segera kabur manakala Anda memintanya membayar. Sudah terlanjur "etik" ini menjadi semacam salah satu ayat suci dunia online.
Menyiasti "etik" itu, Google --seperti dikemukakan Jeff Jarvis, penulis buku laris What Would Google Do?-- membuat model bisnis baru. Dia berangkat dari asumsi, life is public, karena itu, public is business. Tariklah uang dari public (audience), dan biarkan pemasang iklan yang membayar, bukan internet users.
Ini persis bisnis modelnya televisi. Tidak ada penonton bodoh yang mau membayar. Pemasang iklanlah yang membayar.
Dari sanalah, Tribun Timur mengembangkan diri. Di Kompas Gramedia, apa yang kami lakukan ini dikenal dengan prinsip 3M (multimedia, multichannel, dan multiplatform).
Tribun Timur Multimedia
Tribun Timur edisi cetak atau kita kenal dengan koran atau surat kabar merupakan salah satu media saja. Ada korannya, jaringan distribusinya, dan ada pembacanya.
Inilah koran tradisional, koran yang ada dan dikelola seperti ini sejak umat manusia mengenal koran.
Internet berkembang, teknologi semakin maju. Koran edisi cetak bisa dibaca melalui komputer dalam bentuk kertas elektronik (electronic paper atau epaper).
Sama seperti media cetak (print edition), epaper edition juga punya pembacanya sendiri. Reach (jangkauan) edisi cetak tentulah berbeda dari reach edisi epaper, kendati tentu saja dimungkinkan adanya duplikasi: membaca edisi cetak, juga membaca epaper.
Jenis media ketiga adalah online, TRIBUN-TIMUR.com. Portal berita ini berisi sebagian kecil berita edisi cetak dalam format teks maupun images (foto) serta berita terbaru, real time news.
Seperti juga Tribun Timur edisi cetak dan edisi epaper, TRIBUN-TIMUR.com memiliki pembacanya sendiri. Reach-nya sendiri.

Sejak dua tahun terakhir, TRIBUN-TIMUR.com merupakan portal berita nomor satu di Makassar.
Menurut statshow.com, sebanyak 224.490 visitors mengakses TRIBUN-TIMUR.com setiap bulan (monthly visitors). Jumlah halaman yang dibuka (monthly pageviews) mencapai 493.890 halaman. Baik dari jumlah visitors maupun jumlah halaman yang diakses (pageview), TRIBUN-TIMUR.com masih merupakan portal berita terbesar di Makassar.
Tribun Timur Multichannel
Lewat jaringan KOMPAS.com dan TRIBUNnews.com, berita-berita Tribun Timur menjangkau (reach) audiens yang lebih luas lagi. Jaringan Tribun atau Tribun Network menjangkau 17 kota termasuk Jakarta.
Di KG Wire, gudang data Kompas Gramedia, yang diperkuat hampir 700 wartawan di seluruh Indonesia, TRIBUN-TIMUR.com merupakan salah satu penyumbang berita online terbanyak.
Channel (kanal) lain bagi berita Tribun Timur adalah situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Lewat RSS feed, berita-berita TRIBUN-TIMUR.com ter-update secara otomatis di wall facebook maupun timeline twitter.
Melalui jaringan facebook, berita TRIBUN-TIMUR.com terdistribusi ke 25.165 friends atau fans Facebook Page Tribun Timur Berita Online Makassar setiap hari. Lima berita setiap jam.
Jumlah friends atau fans sebanyak itu merupakan friends atau fans akun facebook koran terbesar di Makassar atau lebih dari tiga kali lipat friends atau fans akun facebook koran lain.
Di twitter, followers @tribuntimur adalah 3.504 atau lebih 10 kali lipat dibanding followers akun twitter koran lain.
Tribun Timur mengembangkan apa yang disebut Tribun Timur Breaking News khusus untuk follower di twitter. Dengan berbekal maksimal 140 karakter, isi Tribun Timur Breaking News sangat pendek, flash saja. Karakter content seperti ini sangat khas, sulit di edisi online apalagi edisi cetak. Bagaimanapun, @tribuntimur ini memiliki pembacanya sendiri.
Tribun Timur Multiplatform
TRIBUN-TIMUR.com bisa mendistribusikan beritanya melalui BlackBerry sejak tahun lalu. Dengan BlackBerry launcher, TRIBUN-TIMUR.com merupakan koran pertama di Makassar yang masuk ke platform BlackBerry.
Tribun Timur meneruskan kepeloporannya di platform iPhone dan iPad. Pengguna iPhone dan iPad kini bisa menikmati berita-berita terbaru TRIBUN-TIMUR.com.
Khusus pengguna iPad, saat ini sudah bisa menikmati Tribun Timur, baik edisi online (TRIBUN-TIMUR.com) maupun edisi epaper (epaper.tribun-timur.com).
Pertanyaannya adalah apakah dengan membuang-buang berita di kanal dan platform online gratis lalu pembaca edisi cetak turun?
Tegas sekali jawabannya: Tidak. Malah, jumlah readership (pembaca) Tribun Timur menurut survei terakhir dari Nielsen menunjukkan angka naik, sementara koran lainnya turun.
Apa yang kami perkirakan, sejauh ini, benar: Bahwa edisi print dan edisi online berfungsi complementary, saling melengkapi. Jauh dari watak subtitusi, saling membunuh.
Akhirnya, terima kasih atas kepercayaan pembaca. Mohon doa dan dukungan agar Tribun Timur tetap bisa mewujudkan janjinya: Tribun Timur, Selalu yang Pertama.(*)
Multimedia:
-Tribun Timur edisi cetak
- Tribun Timur edisi online
- Tribun Timur edisi epaper

Multichannel:
-KOMPAS.com
-TRIBUNnews.com
-Tribun Network
- Facebook
-Twitter

Multiplatform:
-Handphone
-BlackBerry
-iPhone
-iPad

Tribun Timur
Lebih Interaktif, Lebih Akrab

Read More......

Nur Hamzah : Pilih Jurnalistik Karena Senang Berpetualangan

Laporan Muhtar Lubis (Mahasiswa jurnalistik UIN Angkatan 2008)


NUR HAMZAH. Lahir di Toli-Toli Sulawesi Tengah, pada 4 Januari 1989 dari pasangan Mahamuddin dan Nuraini. Masa-masa kecil terlewati di tanah kelahirannya sampai menammatkan SD tahun 2000. Setamat SD dia melanjutkan studi ke sekolah agama di Madrasah Tsanawiyah Timampu Luwu Timur.

Usai merampungkan jenjang SLTP, dia lanjut lagi ke Madrasah Aliyah tahun 2005. Selama tiga tahun dia menjalani jenjang pendidikan lanjutan atas dan selesai tepat pada tahun 2008. Setamat pada Madrasah Aliyah, dia lantas ikut tes masuk perguruan tinggi pada tahun itu juga dan memilih jurusan jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunkasi UIN Alauddin Makassar.

Alasan memilih UIN Alauddin sebagai kampus melanjutkan studi , karena sejak di bangku Aliyah sudah bertekad untuk masuk di kampus universitas Islam negeri tersebut. Dia merasa lewat UIN sangat bisa menimbah ilmu lebih banyak lagi. Kelak di masa mendatang akan menjadi orang berguna bagi bangsa ,agama, dan negara. Cira khas UIN kata Muhtar yang tinggal di Jl. Pelita Raya ini, bukan hanya memperoleh ilmu-ilmu umum, tetapi juga banyak belajar ilmu-ilmu agama, katanya.

Adapun alasan dia memilih jurnalistik, karena ingin mengetahui lebih jauh tentang apa itu ilmu jurnalistik dan bagaimana cara sistem kerja seorang jurnalis. ‘’ Pada awalnya saya tidak mengerti apa itu jurnalistik, tapi setelah masuk dan bergabung baru saya ketahui jurnalistik itu ilmu untuk memilih jadi profesi jurnalis atau wartawan ‘’ kata Hamzah yang senang berpetualangan ini.

Rencana masa depan usai merampungkan studi mencari kerja ada kaitan dengan jurnalistik, sambil merencakan untuk lanjut studi ke jenjang S2. ‘’ Menuntut ilmu tidak ada kata terlambat’’ tegasnya. (muhtar lubis)

Read More......